A. Hakikat Metode Pembelajaran Melalui Aspek Kognitif, Psikomotorik dan afektif
Dalam perkembangan dunia pendidikan, para ahli rancangan pembelajaran telah banyak memperoleh keberhasilan – keberhasilan baik dalam bidang pembelajaran yang akan diukur serta metode pengukuran pembelajaran itu sendiri. Binyamin S. Bloom bersama rekan – rekannya adalah dianggap orang pertama yang mempelopori penemuan klasifikasi tujuan instruksional (education objectives). Pada tahun 1956 terbitlah karya “Taxonomy of Eduational Objectives Cognitives, Affective Domain”. Kelompok ini pada akhirnya tidak berhasil menyusun rana psikomotor yang kemudian dilakukan oleh E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972. (W.S. Winkel, 1987:149)
Secara eksplisit ketiga aspek tersebut yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Setiap mata pelajaran yang diajarkan akan selalu mengandung tiga aspek tersebut, namun penekanannya selalu berbeda. Mata pelajaran yang diajarkan secara praktek lebih menekankan pada ranah psikomotorik, sedangkan mata pelajaran melalui pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut sama – sama mengandung ranah afektif.
Menurut Bloom (1979) ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misalnya: menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalammnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
Dalam perkembangan dunia pendidikan, para ahli rancangan pembelajaran telah banyak memperoleh keberhasilan – keberhasilan baik dalam bidang pembelajaran yang akan diukur serta metode pengukuran pembelajaran itu sendiri. Binyamin S. Bloom bersama rekan – rekannya adalah dianggap orang pertama yang mempelopori penemuan klasifikasi tujuan instruksional (education objectives). Pada tahun 1956 terbitlah karya “Taxonomy of Eduational Objectives Cognitives, Affective Domain”. Kelompok ini pada akhirnya tidak berhasil menyusun rana psikomotor yang kemudian dilakukan oleh E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972. (W.S. Winkel, 1987:149)
Secara eksplisit ketiga aspek tersebut yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Setiap mata pelajaran yang diajarkan akan selalu mengandung tiga aspek tersebut, namun penekanannya selalu berbeda. Mata pelajaran yang diajarkan secara praktek lebih menekankan pada ranah psikomotorik, sedangkan mata pelajaran melalui pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut sama – sama mengandung ranah afektif.
Menurut Bloom (1979) ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misalnya: menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalammnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
a) Penilaian Aspek Kognitif
Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari pengetahuan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Menurut taksonomi BS. Bloom dan rekan – rekannya aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda – beda. keenam tingkatan tersebut yaitu:
1 Tingkat pengetahuan (Knowledge), pada tahap ini
menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah
diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminology strategi problem
solving dan lain sebagainya.
2 Tingkat pemahaman (Comprehension), pada tahap ini
kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan,
informasi yang telah diketahui dengan kata – kata sendiri. Pada tahap ini
peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah
didengar dengan kata – kata sendiri.
3 Tingkat penerapan (Application), penerapan
merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang
timbul dalam kehidupan sehari – hari.
4 Tingkat analisis (Analysis), analisis merupakan
kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen – komponen atau
elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan
memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.
Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara
berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar,
prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5 Tingkat sintesis (Synthesis), sintesis merupakan
kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsure
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6 Tingkat evaluasi (Evaluation), evaluasi merupakan
level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam system pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus – menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam system pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus – menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
b)
Penilaian Aspek Psikomotor
Menurut Singer (1972) mata pelajaran yang termasuk kelompok mata pelajaran psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi – reaksi fisik. Sedangkan menurut Mager (T.Th) berpendapat bahwa mata ajar yang termasuk dalam kelompoj mata ajar psikomor adalah mata ajar yang mencakup pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu.
Sedangkan menurut Sax dalam Mardapi (2003), dikatakan bahwa keterampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu:
1 Gerak refleks, adalah respon motor (gerak) tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
2 Gerak dasar, adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan kompleks yang khusus.
3 Kemampuan perceptual, kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau gerak.
4 Gerakan fisik, adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil.
5 Gerakan terampil, adalah gerakan yang memerlukan pembelajaran, seperti keterampilan olahraga.
6 Komunikasi nondiskursip, adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Menurut klasifikasi Simpson aspek psikomotor terdiri atas tujuh tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda – beda. ketujuh tingkatan tersebut yaitu:
Menurut Singer (1972) mata pelajaran yang termasuk kelompok mata pelajaran psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi – reaksi fisik. Sedangkan menurut Mager (T.Th) berpendapat bahwa mata ajar yang termasuk dalam kelompoj mata ajar psikomor adalah mata ajar yang mencakup pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu.
Sedangkan menurut Sax dalam Mardapi (2003), dikatakan bahwa keterampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu:
1 Gerak refleks, adalah respon motor (gerak) tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
2 Gerak dasar, adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan kompleks yang khusus.
3 Kemampuan perceptual, kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau gerak.
4 Gerakan fisik, adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil.
5 Gerakan terampil, adalah gerakan yang memerlukan pembelajaran, seperti keterampilan olahraga.
6 Komunikasi nondiskursip, adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Menurut klasifikasi Simpson aspek psikomotor terdiri atas tujuh tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda – beda. ketujuh tingkatan tersebut yaitu:
1 Persepsi (Perception), mencakup kemampuan untuk
mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,
berdasarkan pembedaan antara cirri – cirri fisik yang khas pada masing – masing
rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara seluruh
rangsangan yang ada. Misalnya, Siswa akan mampu membedakan antara bentuk huruf
d dan g atau antara bentuk angka 6 dan 9.
2 Kesiapan (Set), mencakup kemampuan untuk
menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian
gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
Misalnya, siswa akan mampu mengambil posisi tubuh yang tepat, sebelum
meninggalkan garis start dalam perlombaan lari cepat.
3 Gerakan terbimbing (Guided response), mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak – gerik, sesuai dengan contoh
yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota
tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan. Misalnya, siswa
akan mampu membuat lingkaran di atas kertas secara tepat dengan menggunakan
sebuah jangka, sesuai dengan contoh yang diberika oleh guru di papan tulis.
4 Gerakan yang terbiasa (Mechanical response),
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak – gerik dengan lancer,
karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota / bagian tubuh,
sesuai dengan prosedur yang tepat. Misalnya, siswa akan mampu melompat dan
menitipkan bola volley dalam net selama 10 menit, dengan membuat kesalahan
maksimal 5 kali.
5 Gerakan kompleks (Complex response), mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancer, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa
subketerampilan menjadi suatu keseluruhan gerak gerik yang teratur. Misalny,
siswa akan mampu membat sebuah sekrup yang panjangnya 3cm dan tebalnya ¼ cm,
dalam waktu setengah jam, dengan menggunakan mesin listrik di bengkel.
6 Penyesuaian pola gerakan (Adjustment), mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak – gerik dengan
kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah
mencapai kemahiran.
7 Kreativitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk
melahirkan aneka pola gerak – gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa
dan inisiatif sendiri. Hanya sosok orang yang berketerampilan tinggi dan berani
berfikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
c)
Penilaian Aspek Afektif
Life Skil merupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai hasil proses pembelajaran. Pophan (1995), mengatakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan seseorang. Artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan seorang peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran.
Taksonomi ini lebih dikenal pada ranah yang berorientasi pada rasa atau kesadaran. Banyak dikalangan para ahli menginterpretasikan rana afektif menjadi sikap, nilai sikap yang diartikan tentu akan berpengaruh terhadap penyusunan tujuan instruksional yang akan ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
Karakteristik ranah afektif yang terpenting diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
a) Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975), yaitu
suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara posistif atau negative
terhadap suatu obyek, situasi, konsep dan orang. Sikap di sini adalah sikap
peserta didik terhadap sekolah dan terhadap mata pembelajaran. Menurut Popham
(1999), ranah sikap peserta didik penting untuk ditingkatkan. Sikap peserta
didik terhadap mata pembelajaran matematika harus lebih positif dibanding
sebelum mengikuti pelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indicator keberhasilan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru
harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar yang membuat
sikap peserta didik terhadap mata pembelajaran menjadi lebih posistif.
b) Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu
disposisi yang terorganisasikan melalui pengalaman yang mendorong seseorang
untuk memperoleh obyek khusus, aktivitas, pemahaman dan keterampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian. Hal yang penting dalam minat adalah intensitasnya.
Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas
tinggi. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu maka orang tersebut akan
melakukan langkah – langkah konrit untuk mencapai hal tersebut.
c) Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan
individu bersangkutan terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Arah
konsep diri bisa posistif bisa juga negative. Intensitasnya bisa dinyatakan
dalam suatu daerah kontinu yaitu mulai dari yang rendah sampai yang tinggi.
d) Nilai menurut Tayler (1973), adalah suatu obyek,
aktivitas atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap
dan kepuasan. Nilai berakar lebih dalam dan lebih stabil dibandingkan dengan
sikap individu. Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa nilai merupakan kunci
bagi lahirnya sikap dan perilaku seseorang. Manusia mulai belajar menilai
obyek, aktifitas, dan ide sehingga obyek ini pengatur penting minat, sikap dan
kepuasa. Sekolah (guru) harus membantu peserta didik untuk menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik dalam
memperoleh kebahagiaan personal dan member kontribusi positif terhadap
masyarakat.
e) Moral secara bahasa berasal dari bahasa latin
mores yang artinya tata cara, adat kebiasaan social yang dianggap permanen
sifatnya bagi ketertiban dan kesejahteraan masyarakat. Moral menyinggung
akhlak, tingkah laku, karakter seseorang atau kelompok yang berperilaku pantas,
baik dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Proses belajar akhlak (moral)
memegang peranan penting, begitu juga perkembangan kognitif memberikan pengaruh
besar terhadap sifat perkembangan tingkah laku (moral).
Menurut taksonomi Kratwohl, BS. Bloom dan rekan – rekannya aspek psikomotor terdiri atas lima tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda – beda. kelima tingkatan tersebut yaitu:
Menurut taksonomi Kratwohl, BS. Bloom dan rekan – rekannya aspek psikomotor terdiri atas lima tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda – beda. kelima tingkatan tersebut yaitu:
1 Penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu. Seperti buku
pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu dinyatakan
dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandangi gambar yang dibuat dipapan
tulis atau mendengarkan jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru.
2 Partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalm suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan
dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan, seperti
membacakan dengan suara nyaring bacaan yang ditunjuk atau menunjukkan minat
dengan membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan.
3 Penilaian / penentuan sikap, mencakup kemampuan
untuk memberikan penilaian terhada sesuatu dan membawa diri sesuai dengan
penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak atau mengabaikan,
sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap
batin. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan. Perkataan
atau tindakan itu tidak hanya sekali saja, tetapi diulang kembali bila
kesempatannya timbul, dengan demikian nampaklah adanya suatu sikap tertentu.
Misalnya, siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap belajar kelompok,
dengan cara mempersiapkan sejumlah pertanyaan secara tertulis, mendatangi
pertemuan kelompok secara rutin dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar.
4 Organisasi, mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai – nilai
yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai. Kemampuan itu
dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan
bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu
Negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas kemampuan belajar, minat
dan cita – cita hidup.
5 Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai – nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik
pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di
berbagai bidang, seperti kemampuan untuk menunjukkan kerajinan, ketelitian dan
disiplin dalam kehidupan pribadi.
Harus diakui penggolongan ini masih bertumpang tindih di antara tahap dan dengan ranah kognitif, dan cenderung mengikuti fase – fase dalam perkembangan moral seorang anak dari kecil sampai dewasa.
B. Tujuan Metode Pembelajaran Melalui Aspek Kognitif, Psikomotorik dan afektif
a) Aspek Kognitif
Harus diakui penggolongan ini masih bertumpang tindih di antara tahap dan dengan ranah kognitif, dan cenderung mengikuti fase – fase dalam perkembangan moral seorang anak dari kecil sampai dewasa.
B. Tujuan Metode Pembelajaran Melalui Aspek Kognitif, Psikomotorik dan afektif
a) Aspek Kognitif
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan intelektual yang kemampuan memecahkan masalah
yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan
dan metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecakan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
yang paling tinggi yaitu evaluasi.
b) Aspek Psikomotorik
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur
melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik
selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah
pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah
psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen,
(3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual,
diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang
terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non
diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan
interprestatif
c) Aspek Afektif
Menurut Krathwohl (1961), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
C. Penerapan Metode Pembelajaran Melalui Aspek Kognitif, Psikomotorik dan afektif
Menurut Krathwohl (1961), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
C. Penerapan Metode Pembelajaran Melalui Aspek Kognitif, Psikomotorik dan afektif
a) Aspek kognitif
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata – katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab – akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori – teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisi untuk membuat kebijakan.
Seorang guru dituntut mendesain program/rencana pembelajaran termasuk di dalamnya rencana penilaian 9tes) diantaranya membuat soal – soal berdasarkan kisi – kisi soal dan komposisi yang telah ditetapkan.
Bentuk tes kognitif di antaranya
(1) tes atau pertanyaan lisan di kelas
(2) pilihan ganda
(3) uraian objektif
(4) uraian non objektif atau uraian bebas
(5) jawaban atau isian singkat
(6) menjodohkan
(7) portofolio dan
(8) performans
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata – katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab – akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori – teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisi untuk membuat kebijakan.
Seorang guru dituntut mendesain program/rencana pembelajaran termasuk di dalamnya rencana penilaian 9tes) diantaranya membuat soal – soal berdasarkan kisi – kisi soal dan komposisi yang telah ditetapkan.
Bentuk tes kognitif di antaranya
(1) tes atau pertanyaan lisan di kelas
(2) pilihan ganda
(3) uraian objektif
(4) uraian non objektif atau uraian bebas
(5) jawaban atau isian singkat
(6) menjodohkan
(7) portofolio dan
(8) performans
b) Aspek psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa
hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui
(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968)
berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup:
(1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
(2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan,
(3) kecepatan mengerjakan tugas,
(4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
(5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
(1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
(2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan,
(3) kecepatan mengerjakan tugas,
(4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
(5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam
penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,
proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung
yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses
berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
c) Aspek afektif
Penilaian pada aspek afektif dapat dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner, inventori dan pengamatan (observasi). Prosedurnya di mulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indictor. Indicator ini menjadi isi pedoman kuesioner, inventori dan pengamatan.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
Penilaian pada aspek afektif dapat dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner, inventori dan pengamatan (observasi). Prosedurnya di mulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indictor. Indicator ini menjadi isi pedoman kuesioner, inventori dan pengamatan.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan),
meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan
perhatian
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
The best online casino sites and bonuses. | Ambien Hoppe
BalasHapusBest online casino sites and bonuses. · 10bet – £30 Welcome Bonus · Betfair – £100 Welcome Bonus · NetEnt – €1000 Welcome Bonus · Microgaming – €250 Welcome Bonus 온라인 카지노 사이트 · Betfair –
Playtech Casinos: the next step in the casino industry
BalasHapusGambling 사천 출장샵 technology is 오산 출장안마 the most critical 서귀포 출장안마 part of the business of 문경 출장안마 any online gambling. In the last 의정부 출장샵 few decades, the casino software was